CIBALIUNG – MAN 4 Pandeglang menggelar acara Pelepasan kelas XII dan Kenaikan kelas X, XI Sabtu, (4/6/2016) Pagi. Banyak pengisi acara didalamnya. Salahsatunya adalah Teater Paguyuban Kesenian Siswa (Paksi) MAN 4 Pandeglang.
Teater Paksi mempersembahkan pertunjukan bertajuk ‘Nyi Jompong’. Pertunjukan ini bercerita tentang pada jaman kolonial Belanda di sebuah perkampungan tedapatlah seorang gadis yang sangat cantik jelita anak tunggal dari keluarga petani yang hidup masih dalam kekurangan. Nyi Jompong, begitulah nama gadis desa yang kecantikannya dikenal oleh setiap pemuda, dia tidak pernah peduli dengan kecantikan wajahnya dan dengan sanjungan-sanjungan para pemuda.
Hari itu mentari menampakan keindahannya yang menyelinap diantara rimbunnya pepohonan, seperti Nyi Jompong pagi itu. Dia mandi dan mencuci pakaian di sebuah mata air di pinggir desa bersama para gadis-gadis desa yang sebenarnya merasa iri dengan kecantikan Nyi Jompong. Apalagi pagi itu sinar mentari seakan mengerti dengan kecantikannya. Kain bermotif batik yang dikenakannya, dengan senyuman yang khas membuat setiap pemuda yang melihatnya terpukau. Mentari mulai meninggi, Nyi Jompong dan para gadis desa lainnya mulai kembali ke rumahnya masing–masing. Itulah sedikit penggalan teater bertajuk ‘Nyi Jompong’.
Munawir Syahidi, S.Pd, selaku pembina dan pelatih Paksi, ketika kami temui seusai pertunjukan. Sabtu (4/6), ungkapnya, Teater dengan lakon Nyi Jompong ini, yaitu sebagai salahsatu cerita lokalisasi Cibaliung yang dulu pernah ditulis dalam bentuk cerpen oleh dirinya sendiri (Munawir Syahidi, S.Pd) Kemudian digarap sendiri dalam bentuk teater, dan dilibatkanlah anak-anak organisasi Paksi sebagai pemeran tokoh sehingga terbentuklah teater Nyi Jompong.
Dikatakannya, bahwa dari teater Nyi Jompong ini adalah agar para perempuan mau menjaga dirinya sebaik mungkin dan menjadi perempuan yang seutuhnya.
Dalam pementasan teater bertajuk Nyi Jompong ini menurut Munawir bahwa pementasan tersebut sudah tampil maksimal meski ada sedikit gangguan seperti panggung yang sempit dan mikrofon yang sedikit.
“Saya berpikir sudah maksimal tidak peduli mau jelek mau bagus, tapi sudah terproses dan tadi itu hasilnya. Walaupun ada sedikit gangguan tidak masalahlah, manusiawi.
Ia, sangat berharap agar anggota Paksi tetap berkarya dengan baik, berkesenian dan memberikan pesan moral kepada masyarakat. Ia juga menyatakan apalah gunanya berpikir jika terlepas dari persoalan kehidupan. (Siti Romlah/Riska Yuliani)